Tuesday 21 October 2014

Jangan Terlalu Lama Istirahat Saat Mendaki Gunung

Mendaki gunung, menapak jejak di tengah hutan belantara, mengayuh langkah satu demi satu di tanjakan yang seolah tiada henti, merupakan sebuah keunikan penuh gairah yang dilakukan oleh para pendaki gunung. Sebuah hal yang terkadang sangat dirindukan saat lama tak terengkuh. Mendaki gunung tak hanya menggapai puncak, tetapi proses perjalanan yang sering menjadi hal utama.


www.belantaraindonesia.org

Para pendaki gunung, sering kita menjumpai, ketika lelah dalam pendakian akan duduk istirahat untuk sekedar mengumpulkan energi kembali guna kemudian melanjutkan perjalanan kembali. Tetapi banyak dari pendaki yang terlalu lama beristirahat.
Hal tersebut sebaiknya jangan dilakukan. Mengapa? Akan lebih terasa cepat pegal! Alasannya? Awal - awal tubuh akan memakai glikogen di otot melalui metabolism anaerobic ( Grafik kotak hitam ) dengan hasil sampingan asam laktat.

Asam laktat ini yang bikin rasa sakit dan pegel di otot. Asam laktat ini akan maksimal dibuang jika aliran darah ke otot lancar. Kalau istirahat dengan posisi kaki salah ya sama saja masih menumpuk asam laktat. Kalau jalan pelan dengan konstan, malah melancarkan pembuluh darah balik / vena di kaki buat membawa asam laktat ke hepar / hati agar diolah lebih lanjut.

www.belantaraindonesia.org

Jika aktivitas berlanjut tubuh akan menggunakan cadangan lemak otot melalui metabolism aerobic ( grafik kotak putih ). Jika kita terlalu lama beristirahat, metabolism aerobic tidak maksimal tercapai karena proses metabolisme ini butuh hitungan jam.

Kita akan kembali lagi dari awal ke metabolism anaerobic, asam laktat lagi, pegel lagi, males lagi, begitu seterusnya. Jadi start mendaki pelan tapi konstan, usahakan istirahat tanpa sering duduk. Biarkan metabolism aerobic yang mengambil alih kebutuhan energi kita

Kadar gula di dalam darah selalu dipertahankan stabil, karena otak kita lebih butuh gula dibanding otot kita. Jika kebutuhan gula buat otot sampai mencuri gula yang diperuntukkan untuk otak, kita akan mengalami pusing, berkunang.

Dari grafik bulat terlihat dalam 2 jam aktivitas, kadar gula darah mulai menurun. Oleh karena itu, konsumsi makanan seperti coklat, gula setiap 2 - 3 jam akan memberikan tambahan sumber energi buat otak kita bekerja terus menerus dengan prima meski cadangan energi habis - habisan dipakai oleh otot kita.


From : Taufik Akbar & http://www.belantaraindonesia.org

No comments:

Post a Comment